Jumat, 19 Desember 2008

Diabetes sebabkan Penyakit Ginjal Kronik

Penyakit diabetes melitus (DM) atau lebih sering dikenal masyarakat umum sebagai penyakit kencing manis merupakan masalah kesehatan yang cukup serius. Jumlah penderitanya makin bertambah, antara lain data yang tercatat oleh Federasi Diabetes Internasional (IDF), terdapat sekitar 177 juta penderita diabetes melitus (DM) tipe 2. Di Asia sendiri, penderita DM tipe 2 terus bertambah setiap tahunnya, demikian pula jumlah penderita di Indonesia yang pada tahun 2005 tercatat oleh World Health Organization (WHO) sebagai penderita terbanyak keempat di dunia.

Lajunya perkembangan DM tipe 2 ini antara lain disebabkan oleh peningkatan populasi usia lanjut, masalah kegemukan / obesitas, dan perubahan gaya hidup.

Pada penyakit diabetes terjadi gangguan pengolahan glukosa dalam darah oleh tubuh, yang lama-kelamaan dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal dan akhirnya dapat menjadi Penyakit ginjal kronik (PGK). Kadar glukosa yang tinggi dalam darah tersebut, bila tidak terkontrol dapat merusak ginjal dalam kurun bertahun-tahun sehingga menurunkan kemampuan ginjal untuk menyaring darah dan membuang produk sisa di urin.

Kelainan diabetes yang sering menimbulkan PGK adalah nefropati diabetik. Diperkirakan sekitar 40% pasien PGK terjadi karena nefropati diabetik tersebut. Awal gejala Nefropati diabetik ini ditandai oleh Ć¢€˜proteinuriaĆ¢€™, yaitu keadaan ditemukannya protein dalam urin melalui hasil pemeriksaan laboratorium. Proses dari mulai terdeteksinya proteinuria hingga terjadinya nefropati diabetik dapat berlangsung dari bulan hingga bertahun-tahun

Gejala yang ditemukan

Gejala klasik yang sering timbul pada penderita diabetes, selain banyak minum, banyak kencing, cepat lapar dapat disertai berat badan menurun. Gejala lainnya yang bisa muncul berupa gangguan saraf tepi seperti kesemutan di malam hari, gangguan penglihatan, gatal di daerah kemaluan, bisul atau luka yang lama sembuh, gangguan ereksi pada pria dan keputihan pada wanita. Jika kelainan ini tidak ditangani dengan segera maka bisa menimbulkan berbagai komplikasi pada pembuluh darah otak (stroke), pembuluh darah mata (gangguan penglihatan), pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner), pembuluh darah ginjal (gagal ginjal), pembuluh darah kaki (luka yang sukar sembuh).

Sedangkan untuk gejala nefropati diabetik sendiri baru akan terasa jika kerusakan ginjal telah parah seperti adanya bengkak pada kaki dan wajah, mual, muntah, lesu, sakit kepala, gatal, sering cegukan, mengalami penurunan berat badan.

Pencegahan dan penanganan diabetes

1. Gejala yang ditemukan
Tindakan pencegahan ini perlu dilakukan agar penderita tidak masuk ke arah kerusakan yang lebih lanjut lagi. Tindakan yang perlu dilakukan di antaranya menurunkan berat badan bagi yang kegemukan hingga mencapai berat badan ideal, olahraga atau latihan fisik secara teratur seperti jalan kaki, pengaturan pola makan yang baik, menghindari stres dan melakukan kontrol kadar gula darah yang ketat. Pemeriksaan laboratorium lain yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan kadar gula darah puasa dan 2 jam sesudah makan, juga kadar gula dalam urin, kadar protein dalam urin, dan kadar HbA1c darah.

2. tindakan pengobatan
Sejak awal terdiagnosis diabetes, penderita harus minum obat-obatan yang diberikan oleh dokter secara teratur dan disiplin tinggi. Disamping itu hendaknya penderita diabetes melakukan pemeriksaan gula darah rutin.

www.sahabatginjal.com

Rabu, 17 Desember 2008

Perawat Hemodialysis: Gagal Ginjal Akut

Gagal Ginjal Akut adalah kemunduran yang cepat dari kemampuan ginjal dalam membersihkan darah dari bahan-bahan racun, yang menyebabkan penimbunan limbah metabolik di dalam darah (misalnya urea).

PENYEBAB
Gagal ginjal akut bisa merupakan akibat dari berbagai keadaan yang menyebabkan:
- berkurangnya aliran darah ke ginjal
- penyumbatan aliran kemih setelah meninggalkan ginjal
- trauma pada ginjal.


Penyebab Utama Gagal Ginjal Akut

Masalah

Penyebab Yg Mungkin

Berkurangnya aliran darah ke ginjal

· Kekurangan darah akibat perdarahan, dehidrasi atau cedera fisik yg menyebabkan tersumbatnya pembuluh darah

· Daya pompa jantung menurun (kegagalan jantung)

· Tekanan darah yg sangat rendah (syok)

· Kegagalan hati (sindroma hepatorenalis)

Penyumbatan aliran kemih

· Pembesaran prostat

· Tumor yg menekan saluran kemih

Trauma pada ginjal

· Reaksi alergi (misalnya alergi terhadap zat radioopak yg digunakan pada pemeriksaan rontgen)

· Zat-zat racun

· Keadaan yg mempengaruhi unit penyaringan ginjal (nefron)

· Penyumbatan arteri atau vena di ginjal

· Kristal, protein atau bahan lainnya dalam ginjal



GEJALA
Gejala-gejala yang ditemukan pada gagal ginjal akut: - Berkurangnya produksi air kemih (oliguria=volume air kemih berkurang atau anuria=sama sekali tidak terbentuk air kemih)
- Nokturia (berkemih di malam hari)
- Pembengkakan tungkai, kaki atau pergelangan kaki
- Pembengkakan yang menyeluruh (karena terjadi penimbunan cairan)
- Berkurangnya rasa, terutama di tangan atau kaki
- Perubahan mental atau suasana hati
- Kejang
- Tremor tangan
- Mual, muntah

Gejala yang timbul tergantung kepada beratnya kegagalan ginjal, progresivitas penyakit dan penyebabnya.

Keadaan yang menimbulkan terjadinya kerusakan ginjal biasanya menghasilkan gejala-gejala serius yang tidak berhubungan dengan ginjal.
Sebagai contoh, demam tinggi, syok, kegagalan jantung dan kegagalan hati, bisa terjadi sebelum kegagalan ginjal dan bisa lebih serius dibandingkan gejala gagal ginjal.

Beberapa keadaan yang menyebabkan gagal ginjal akut juga mempengaruhi bagian tubuh yang lain.
Misalnya granulomatosis Wegener, yang menyebabkan kerusakan pembuluh darah di ginjal, juga menyebabkan kerusakan pembuluh darah di paru-paru, sehingga penderita mengalami batuk darah.
Ruam kulit merupakan gejala khas untuk beberapa penyebab gagal ginjal akut, yaitu poliarteritis, lupus eritematosus sistemik dan beberapa obat yang bersifat racun.

Hidronefrosis bisa menyebabkan gagal ginjal akut karena adanya penyumbatan aliran kemih.
Arus balik dari kemih di dalam ginjal menyebabkan daerah pengumpul kemih di ginjal (pelvis renalis) teregang, sehingga timbul nyeri kram (bisa ringan atau sangat hebat) pada sisi yang terkena.
Pada sekitar 10% penderita, kemihnya mengandung darah.

DIAGNOSA
Jika produksi air kemih berkurang, maka patut dicurigai sebagai gagal ginjal akut.

Pemeriksaan darah menunjukkan adanya kadar urea dan kreatinin yang tinggi, disertai gangguan metabolik (misalnya asidosis, hiperkalemia, hiponatremia).

Pada pemeriksaan fisik, dilakukan penilaian terhadap ginjal; apakah terdapat pembengkakan atau nyeri tumpul.
Penyempitan pada arteri utama ginjal bisa menimbulkan bising (bruit) yang akan terdengar pada pemeriksaan dengan stetoskop.

Jika diduga terjadi penyumbatan, dilakukan pemeriksaan colok dubur atau colok vagina untuk mengetahui adanya massa di kedua tempat tersebut.

Pemeriksaan laboratorium terhadap air kemih bisa membantu menentukan penyebab dan beratnya gagal ginjal.
Jika penyebabnya adalah berkurangnya aliran darah ke ginjal atau penyumbatan saluran kemih, maka air kemih akan tampak normal.
Jika penyebabnya adalah kelainan di dalam ginjal, maka air kemih akan mengandung darah atau kumpulan sel darah merah dan sel darah putih. Air kemih juga mengandung sejumlah besar protein atau berbagai jenis protein yang dalam keadaan normal tidak ditemukan dalam air kemih.

Angiografi (pemeriksaan rontgen pada arteri dan vena) dilakukan jika diduga penyebabnya adalah penyumbatan pembuluh darah.
Pemeriksaan lainnya yang bisa membantu adalah CT scan dan MRI.
Jika pemeriksaan tersebut tidak dapat menunjukkan penyebab dari gagal ginjal akut, maka dilakukan biopsi (pengambilan jaringan untuk pemeriksaan mikroskopis).

PENGOBATAN
Tujuan dari pengobatan adalah menemukan dan mengobati penyebab dari gagal ginjal akut. Selain itu pengobatan dipusatkan untuk mencegah penimbunan cairan dan limbah metabolik yang berlebihan.

Asupan cairan dibatasi dan disesuaikan dengan volume air kemih yang dikeluarkan.
Asupan garam dan zat-zat yang dalam keadaan normal dibuang oleh ginjal, juga dibatasi.
Penderita dianjurkan untuk menjalani diet kaya karbohidrat serta rendah protein, natrium dan kalium.

Antibiotik bisa diberikan untuk mencegah atau mengobati infeksi.
Untuk meningkatkan jumlah cairan yang dibuang melalui ginjal, bisa diberikan diuretik.

Kadang diberikan natrium polistiren sulfonat untuk mengatasi hiperkalemia.

Untuk membuang kelebihan cairan dan limbah metabolik bisa dilakukan dialisa. Dengan dialisa penderita akan merasa lebih baik dan lebih mudah untuk mengendalikan gagal ginjal.
Dialisa tidak harus dijalani oleh setiap penderita, tetapi sering dapat memperpanjang harapan hidup penderita, terutama jika kadar kalium serumnya sangat tinggi.
Indikasi dilakukannya dialisa adalah:
- Keadaan mental menurun
- Perikarditis
- Hiperkalemia
- Anuria
- Cairan yang berlebihan
- Kadar kreatinin > 10 mg/dL dan BUN > 120 mg/dL.





Selasa, 16 Desember 2008

Dialysis

Dialisa adalah proses pembuangan limbah metabolik dan kelebihan cairan dari tubuh.

Ada 2 metode dialisa, yaitu hemodialisa dan dialisa peritoneal.
Pada hemodialisa, darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan dipompa ke dalam mesin yang akan menyaring zat-zat racun keluar dari darah dan kemudian darah yang sudah bersih dikembalikan lagi ke dalam tubuh penderita. Jumlah total cairan yang dikembalikan dapat disesuaikan.
Pada dialisa peritoneal, cairan yang mengandung campuran gula dan garam khusus dimasukkan ke dalam rongga perut dan akan menyerap zat-zat racun dari jaringan. Cairan tersebut kemudian dikeluarkan lagi dan dibuang.


ALASAN DILAKUKANNYA DIALISA

Dialisa dilakukan jika gagal ginjal menyebabkan:
- Kelainan fungsi otak (ensefalopati uremik)
- Perikarditis (peradangan kantong jantung)
- Asidosis (peningkatan keasaman darah) yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan lainnya
- Gagal jantung
- Hiperkalemia (kadar kalium yang sangat tinggi dalam darah).

Dialisa banyak digunakan sebagai pencegahan pada gagal ginjal akut yang pembentukan kemihnya sangat sedikit dan dilanjutkan sampai pemeriksaan darah menunjukkan bahwa fungsi ginjal telah kembali.
Pada gagal ginjal kronis, dialisa dilakukan jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa ginjal tidak mampu membuang limbah metabolik atau jika penderita tidak dapat lagi melakukan kegiatannya sehari-hari.

Frekuensi dialisa bervariasi, tergantung kepada banyaknya fungsi ginjal yang tersisa, tetapi sebagian besar penderita menjalani dialisa sebanyak 3 kali/minggu.
Program dialisa dikatakan berhasil jika:
- penderita kembali menjalani hidup normal
- penderita kembali menjalani diet yang normal
- jumlah sel darah merah dapat ditoleransi
- tekanan darah normal
- tidak terdapat kerusakan saraf yang progresif.

Dialisa bisa digunakan sebagai pengobatan jangka panjang untuk gagal ginjal kronis atau sebagai pengobatan sementara sebelum penderita menjalani pencangkokan ginjal.
Pada gagal ginjal akut, dialisa dilakukan hanya selama beberapa hari atau beberapa minggu, sampai fungsi ginjal kembali normal.

Dialisa juga bisa digunakan untuk membuang obat tertentu atau racun dari tubuh.


PERMASALAHAN

Penderita yang menjalani dialisa memerlukan makanan dan obat khusus.
Nafsu makan penderita menurun dan terjadi kehilangan protein selama dialisa peritoneal, karena itu penderita biasanya memerlukan diet tinggi protein (secara kasar sebanyak 1 gram/kg BB).

Asupan natrium dan kalium harus dibatasi sampai 2 gram/hari. Asupan makanan kaya fosfat juga harus dibatasi.
Asupan cairan pada penderta yang memiliki kadar natrium rendah harus dibatasi.

Sangat penting untuk melakukan penimbangan berat badan setiap hari.
Penambahan berat badan yang berlebihan menunjukkan terlalu banyaknya asupan cairan.

Multivitamin dan tambahan zat besi perlu diberikan untuk menggantikan zat gizi yang hilang pada proses dialisa.
Penderita yang menjalani dialisa dan menerima banyak transfusi darah seringkali mendapatkan terlalu banyak zat besi karena darah mengandung sejumlah besar zat besi. Karena itu penderita tidak mendapatkan tambahan zat besi.
Untuk merangsang pembentukan se darah merah bisa diberikan hormon (testosteron atau eritropoietin).
Pengikat fosfat (misalnya kalsium karbonat atau kalsium asetat) diberikan untuk membuang kelebihan fosfat.

Kadar kalsium darah yang rendah atau penyakit tulang hiperparatiroid yang berat diobati dengan kalsitriol (salah satu bentuk vitamin D) dan tambahan kalsium.

Pada penderita gagal ginjal sering dijumpai tekanan darah tinggi. Pada 50% penderita, hal ini bisa diatasi secara sederhana dengan membuang sejumlah cairan selama dialisa. Sedangkan pada penderita lainnya perlu diberikan obat-obatan untuk menurunkan tekanan darah.


HEMODIALISA

Hemodialisa adalah suatu prosedur dimana darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh yang disebut dialyzer.
Prosedur ini memerlukan jalan masuk ke aliran darah. Untuk memenuhi kebutuhan ini, maka dibuat suatu hubungan buatan diantara arteri dan vena (fistula arteriovenosa) melalui pembedahan.

Pada hemodialisa, darah penderita mengalir melalui suatu selang yang dihubungkan ke fistula arteriovenosa dan dipompa ke dalam dialyzer.
Untuk mencegah pembekuan darah selama berada dalam dialyzer maka diberikan heparin.

Di dalam dialyzer, suatu selaput buatan yang memiliki pori-pori memisahkan darah dari suatu cairan (dialisat) yang memiliki komposisi kimia yang menyerupai cairan tubuh normal.
Tekanan di dalam ruang dialisat lebih rendah dibandingkan dengan tekanan di dalam darah, sehingga cairan, limbah metabolik dan zat-zat racun di dalam darah disaring melalui selaput dan masuk ke dalam dialisat. Tetapi sel darah dan protein yang besar tidak dapat menembus pori-pori selaput buatan ini.
Darah yang telah dicuci lalu dikembalikan ke dalam tubuh penderita.

Dialyzer memiliki ukuran dan tingkat efisiensi yang berbeda-beda.
Mesin yang lebih baru sangat efisien, darah mengalir lebih cepat dan masa dialisa lebih pendek (2-3 jam, sedangkan mesin yang lama memerlukan waktu 3-5 jam).
Sebagian besar penderita gagal ginjal kronis perlu menjalani dialisa sebanyak 3 kali/minggu.

Hemodialisa

Komplikasi Hemodialisa

Komplikasi

Penyebab

Demam

· Bakteri atau zat penyebab demam (pirogen) di dalam darah

· Dialisat terlalu panas

Reaksi anafilaksis yg berakibat fatal
(anafilaksis)

· Alergi terhadap zat di dalam mesin

· Tekanan darah rendah

Tekanan darah rendah

Terlalu banyak cairan yg dibuang

Gangguan irama jantung

Kadar kalium & zat lainnya yg abnormal dalam darah

Emboli udara

Udara memasuki darah di dalam mesin

Perdarahan usus, otak, mata atau perut

Penggunaan heparin di dalam mesin untuk mencegah pembekuan




DIALISA PERITONEAL

Pada peritoneal dialisa, yang bertindak sebagai penyaring adalah peritoneum (selaput yang melapisi perut dan membungkus organ perut).
Selaput ini memiliki area permukaan yang luas dan kaya akan pembuluh darah. Zat-zat dari darah dapat dengan mudah tersaring melalui peritoneum ke dalam rongga perut.

Cairan dimasukkan melalui sebuah selang kecil yang menembus dinding perut ke dalam rongga perut.
Cairan harus dibiarkan selama waktu tertentu sehingga limbah metabolik dari aliran darah secara perlahan masuk ke dalam cairan tersebut.
Kemudian cairan dikeluarkan, dibuang dan diganti dengan cairan yang baru.

Biasanya digunakan selang karet silikon yang lembut atau selang poliuretan yang berpori-pori, sehingga cairan mengalir secara perlahan dan tidak terjadi kerusakan.

Dialisa peritoneal tidak boleh dilakukan pada penderita yang:
- menderita infeksi dinding perut
- memiliki hubungan abnormal antara dada dan perut
- baru saja menjalani pencangkokkan pembuluh darah buatan di dalam perut
- memiliki luka baru di perut.

Ada beberapa teknik yang digunakan dalam dialisa peritoneal:

  1. Dialisa peritoneal intermiten manual.
    Merupakan teknik yang paling sederhana.
    Sebuah kantong berisi cairan dipanaskan sesuai suhu tubuh, lalu cairan dimasukkan ke dalam rongga peritoneum selama 10 menit dan dibiarkan selama 60-90 menit, kemudian dikeluarkan dalam waktu 10-20 menit.
    Keseluruhan prosedur memerlukan waktu sekitar 12 jam.
    Teknik ini terutama digunakan untuk mengobati gagal ginjal akut.
  2. Dialisa peritoneal intermiten dengan pemutar otomatis.
    Bisa dilakukan di rumah penderita.
    Suatu alat dengan pengatur waktu secara ototmatis memompa cairan ke dalam dan keluar dari rongga peritoneum. Biasanya alat pemutar dipasang pada waktu tidur sehingga pengobatan dijalani pada saat penderita tidur.
    Pengobatan ini harus dilakukan selama 6-7 malam/minggu.
  3. Dialisa peritoneal berpindah-pindah yang berkesinambungan.
    Cairan dibiarkan di dalam perut dalam waktu yang lama, dan dikeluarkan serta dimasukkan lagi sebanyak 4-5 kali/hari.
    Cairan dikemas dalam kantong polivinil klorida yang dapat dikembangkempiskan. Jika kosong, kantong ini bisa dilipat tanpa harus melepaskannya dari selang.
    Biasanya cairan harus diganti sebanyak 3 kali, dengan selang waktu 4 jam atau lebih. Setiap pergantian memerlukan waktu 30-45 menit.
  4. Dialisa peritoneal yang dibantu oleh pemutar secara terus menerus.
    Teknik ini menggunakan pemutar otomatis untuk menjalankan pergantian singkat selama tidur malam, sedangkan pergantian yang lebih lama dilakukan tanpa pemutar pada siang hari.
    Teknik ini mengurangi jumlah pergantian di siang hari tetapi pada malam hari penderita tidak dapat bergerak secara leluasa karena alatnya tidak praktis.



Komplikasi Dialisa Peritoneal

  1. Perdarahan di tempat pemasangan selang atau perdarahan di dalam perut
  2. Perforasi organ dalam pada saat memasukkan selang
  3. Kebocoran cairan di sekitar selang atau ke dalam dinding perut
  4. Penyumbatan aliran cairan oleh bekuan darah
  5. Infeksi, baik pada peritoneum maupun di kulit tempat selang terpasang (menyebabkan terbentuknya abses). Infeksi biasanya terjadi karena prosedur dialisa yang kurang steril. Untuk mengatasi infeksi diberikan antibiotik.
  6. Hipoalbuminemia
  7. Sklerosis peritonealis (pembentukan jaringan parut di peritoneum), yang mengakibatkan penyumbatan parsial usus halus
  8. Hipotiroidisme
  9. Hiperglikemia, sering terjadi pada penderita kencing manis
  10. Hernia perut dan selangkangan
  11. Sembelit.


Dialisa Peritoneal